Tanjungpinang – Menteri Sektor Bisnis lalu Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengumumkan binaan Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) bermetamorfosis menjadi daya tarik wisata baru dalam Perkotaan Tanjungpinang.
"Gedung LAM diharapkan jadi ikon baru di dalam Tanjungpinang, selain sebagai penguatan identitas serta pelestarian budaya Melayu," kata Menparekraf Sandiaga Uno pada waktu mengunjungi peresmian binaan LAM Kepri pada kawasan Gurindam 12, Tanjungpinang, Senin.
Sandiaga juga mengapresiasi rancangan Pemprov Kepri di merancang kawasan Gurindam 12, akibat pembangunan struktur LAM bersebelahan dengan binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kepri yang juga baru diresmikan. Gedung dekranasda berubah jadi sentra pengembangan produk-produk UMKM serta sektor ekonomi kreatif yang tersebut berubah jadi andalan wilayah tersebut.
Selain itu, kata dia, Kemenparekraf bersatu Pemprov Kepri pun merencanakan konstruksi balai pengelolaan perekonomian kreatif pada kawasan yang mana sama.
Di samping itu, ke depan akan ada lagi tambahan perkembangan gedung yang mana berjualan produk-produk dunia usaha kreatif moderen di taman Gurindam 12.
"Kita ingin memadukan komoditas dunia usaha kreatif lokal serta moderen sebagai roda penggerak ekonomi, serta membuka lapangan pekerjaan baru," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Sandiaga juga meminta seluruh pemangku kepentingan terus menyokong adat Melayu, sebagai salah satu destinasi wisata berbasis budaya.
Apalagi di Tanjungpinang terdapat objek wisata Pulau Penyengat yang mana sudah ada mendunia sekaligus bermetamorfosis menjadi asal-muasal lahirnya bahasa Indonesia.
"Dengan peluang budaya lokal yang dimaksud ada, saya optimistis Kepri akan segera berubah menjadi provinsi terdepan pada urusan pariwisata sehingga berdampak pada perekonomian masyarakat," ucapnya.
Sementara, Pemuka Ansar Ahmad menyampaikan penyelenggaraan binaan LAM merupakan salah satu wujud nyata perhatian Pemprov Kepri terhadap pelestarian budaya Melayu dengan anggaran sebesar Rp35,19 miliar.
Proses penyelenggaraan kompleks ini memperhatikan filosofi juga khasanah budaya Melayu juga nama yang tersebut dilekatkan tidaklah terlepas dari lambang tuah kebesaran Pulau Penyengat agar turut memayungi balai adat ini.
Selain itu, katanya, balai adat ini dilengkapi pula bangunan pendukung yang digunakan bernama gerai astakona yang mana akan difungsikan sebagai gerai, dalam mana bentuknya diilhami dari bentuk bangunan nobat pada halaman Istana Kerajaan Riau Lingga berubah menjadi wadah pemberdayaan perekonomian lokal melalui hasil khasanah Melayu.
Ansar turut menyampaikan sejak dahulu masyarakat dari berubah-ubah tempat juga provinsi banyak yang melakukan aktivitas pada Kepri dengan posisinya yang mana strategis. Kemudian dengan alasan perkawinan dan juga lainnya sebagian tinggal kemudian berdomisili di area perbatasan ini.
Hal ini pula menyebabkan Kepri menjadi provinsi yang mana heterogen, meskipun begitu hampir bukan pernah ditemukan konflik horizontal antaragama, suku, juga lainnya.
"Gedung LAM ini tiada cuma untuk suku Melayu, namun akan menjadi tempat berhimpun semua suku untuk duduk sama-sama berdiskusi melestarikan adat budaya ke depan," ujarnya.
Pemuka Ansar pun berpesan mesti Kepri memiliki suku serta budaya yang tersebut heterogen, namun penduduk hendaknya masih berpegang teguh pada ungkapan 'di mana bumi dipijak, di dalam situ langit dijunjung'.
"Mudah-mudahan bangunan ini jadi kebanggaan kemudian catatan sejarah tersendiri masyarakat Kepri," demikian Ansar.
Artikel ini disadur dari Menparekraf : Gedung LAM Kepri jadi daya tarik wisata baru