Jakarta – Gerhana bulan ternyata lebih lanjut dari sekadar insiden langit bagi warga Babilonia kuno. Mereka mengawasi “kiamat bulan” sebagai pertanda malapetaka.
Untuk itu, membaca sinyal bayangan melahap Siklus merupakan ilmu penting serta menciptakan prasasti yang dimaksud mendokumentasikan beragam pertanda yang mana dapat ditemukan di gerhana.
Ditulis pada aksara paku pada awal milenium kedua SM, peringatan keras Mesopotamia berusia 4.000 tahun ini akhirnya ditafsirkan dari empat tablet yang mana sudah pernah berada di British Museum selama lebih besar dari satu abad.
Menyajikan terjemahan merek di sebuah studi baru, para peneliti mengungkapkan bagaimana bervariasi layanan gerhana dapat digunakan untuk meramalkan kejadian dalam masa depan.
Dengan mengamati waktu lalu tanggal gerhana bulan, juga pergerakan bayangan Bumi dalam Bulan, para penasihat kerajaan dapat meramalkan malapetaka besar yang digunakan telah lama ditakdirkan untuk individu raja. Misalnya, lempengan-lempengan itu mengungkapkan bahwa “gerhana pada masa pagi” menandakan berakhirnya sebuah dinasti di kota Akkad pada Mesopotamia.
“Astrologi Babilonia adalah cabang ilmu ramalan akademis yang tersebut didirikan menghadapi kepercayaan bahwa peristiwa-peristiwa pada langit adalah tanda-tanda terkode yang dimaksud ditempatkan pada sana oleh para dewa sebagai peringatan serius tentang prospek masa depan orang-orang dalam Bumi,” tulis para penulis studi tersebut, diambil dari IFL Science, hari terakhir pekan (9/8/2024).
Dengan demikian, pengamatan astrologi merupakan bagian dari metode rumit untuk melindungi raja kemudian mengatur perilakunya agar sesuai dengan keinginan para dewa.
Dengan merujuk silang berubah-ubah ciri gerhana dengan “korpus akademis teks-teks pertanda langit”, para penasihat kerajaan dapat menguraikan pertanda langit lalu membantu raja mengelakkan malapetaka.
Teks-teks yang dimaksud dianalisis oleh para penulis studi yang disebutkan diyakini berasal dari kota Babilonia kuno Sippar, yang tersebut terletak pada Irak modern.
Pertanda lain yang tercatat pada prasasti yang dimaksud menjelaskan bahwa “gerhana pada waktu jaga malam… menandakan wabah penyakit,” sementara catatan yang khususnya mengancam menyatakan bahwa “[jika] gerhana terbentuk pada arah yang digunakan salah… tidaklah ada yang tersebut akan terhindar, Banjir Besar akan terbentuk dalam mana-mana.”
Apa yang dimaksud dimaksud oleh para astronom kuno dengan “arah yang digunakan salah” tidaklah jelas, meskipun para peneliti mengungkapkan bahwa ini kemungkinan besar berhubungan dengan skenario di mana cakram bulan “entah bagaimana dinilai menghadap ke arah yang berlawanan dari yang digunakan diharapkan.”
Namun, untungnya, para raja tidak ada menerima nasib merekan begitu saja, lantaran ritual proteksi dilaksanakan untuk menangkal pertanda buruk.
Mengutip surat dari manusia peramal untuk Raja Zimri-Lim dari Mari, sebuah wilayah di dalam Mesopotamia, para peneliti menyatakan bahwa pertanda gerhana yang tiada menyenangkan dapat diperiksa ulang dengan extispicy yang tersebut melibatkan pemeriksaan isi perut hewan,untuk menentukan apakah raja benar-benar pada bahaya.
“Teks-teks milenium pertama menunjukkan bahwa jika, pasca penyelidikan tersebut, para penasihat raja merasa ancaman itu masih ada, tindakan dapat diambil untuk membatalkannya, dengan mengidentifikasi kekuatan jahat yang dimaksud ada pada baliknya serta melawannya dengan ritual-ritual apotropaik,” jelas para penulis studi tersebut.
Menyoroti pentingnya keseluruhan ukiran-ukiran ini, para peneliti mengatakan, bahwa prasasti mewakili contoh-contoh tertua dari kumpulan pertanda gerhana bulan yang pernah ditemukan dan juga dengan demikian memberikan informasi baru yang tersebut penting tentang ramalan langit di dalam antara masyarakat Mesopotamia selatan pada awal milenium kedua SM.
Next Article Gerhana Periode Terbit ketika Ramadhan di RI, Hal ini Jadwal dan juga Lokasinya
Artikel ini disadur dari Prasasti 4.000 Tahun Ungkap Pertanda ‘Kiamat’ Bulan Bawa Malapetaka